Jesse Livermore dikenal sebagai salah satu tokoh paling legendaris di dunia pasar saham. Ia bukan hanya trader biasa, tetapi sosok yang berhasil membangun kekayaannya dari nol hingga menjadi jutawan di era awal abad ke-20. Sayangnya, kisah hidupnya berakhir tragis.

Livermore memulai kariernya sejak usia remaja sebagai pencatat harga saham di Boston. Dengan kecerdasan dan naluri pasar yang tajam, ia berhasil mengumpulkan keuntungan besar saat banyak investor lain mengalami kerugian. Ia terkenal karena mampu memprediksi kejatuhan pasar, termasuk saat krisis 1907 dan Black Tuesday pada 1929. Dari situ, ia mengantongi jutaan dolar dan dijuluki “The Boy Plunger” dan “Raja Wall Street.”

Namun, di balik kejeniusannya, Livermore menyimpan pergulatan pribadi yang berat. Ia mengalami pasang surut kekayaan, kecanduan berjudi di pasar, dan tekanan emosional yang tinggi. Kehidupan pribadinya pun penuh gejolak—pernikahan yang bermasalah dan hubungan keluarga yang renggang memperburuk kondisi mentalnya.

Meskipun ia sempat bangkit dari kebangkrutan, tekanan psikologis yang terus menerus akhirnya menguasainya. Pada 28 November 1940, Jesse Livermore menembak dirinya sendiri di sebuah hotel di Manhattan. Ia meninggalkan catatan yang mencerminkan keputusasaan dan kesedihan mendalam.

Kisah Livermore menjadi pelajaran penting bahwa kesuksesan finansial tidak selalu menjamin kebahagiaan pribadi. Ia menunjukkan bahwa livechat medusa88 mengelola emosi, mental, dan keseimbangan hidup sama pentingnya dengan memahami pergerakan pasar. Hingga kini, para trader dan investor masih mempelajari strategi dan kisah hidupnya sebagai sumber inspirasi—dan peringatan.

By admin